Pada Jumat pagi waktu Asia, Bitcoin (BTC) sempat melonjak di atas $62.000 sebelum kembali melemah, mengikuti reli pasar yang lebih luas yang berhasil membalikkan kerugian tajam dari awal minggu. Pemulihan ini membuat para pendukung Bitcoin kembali menargetkan harga $100.000 pada akhir tahun ini.
Pasar AS mengalami kenaikan tajam pada Kamis, dengan S&P 500 mencatat hari terbaiknya sejak November 2022, dan Nasdaq 100 yang didominasi oleh sektor teknologi naik 3,1%. Kenaikan ini membantu membalikkan kerugian dari penurunan besar yang terjadi pada hari Senin, yang menyebabkan kerugian signifikan di indeks saham dan cryptocurrency.
Bitcoin mengalami lonjakan 7,2% dalam 24 jam terakhir, salah satu kenaikan persentase harian terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan ini menyebabkan likuidasi hampir $100 juta dalam posisi short, atau taruhan bearish, pada kontrak berjangka yang melacak harga Bitcoin. Likuidasi $100 juta ini merupakan yang terbesar keempat untuk taruhan bearish Bitcoin tahun ini.
Beberapa pengamat pasar mengaitkan kenaikan ini dengan sentimen pasar saham yang positif dan ekspektasi bahwa BTC akan mengikuti pola siklus pasar sebelumnya. Michael Terpin, pendiri Transform Ventures, menyatakan dalam emailnya kepada CoinDesk bahwa Bank of Japan telah mengindikasikan tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut, yang menurutnya akan memperkuat posisi Bitcoin di atas $50.000.
“Terlepas dari apa yang terjadi dalam 60 hari ke depan, pasar bullish akan terus mengikuti garis siklus empat tahun tradisional dengan kenaikan yang solid pada Oktober dan November,” tambahnya. Terpin juga menyebutkan bahwa jika Donald Trump memenangkan pemilu, kemungkinan besar akan ada lonjakan pembeli baru yang dapat mendorong harga Bitcoin melampaui $100.000.
Kenaikan harga BTC juga memicu kenaikan di antara token utama lainnya. Ether (ETH) dan toncoin (TON) melonjak 10%, sementara Solana (SOL) dan Cardano (ADA) naik 5%. XRP mengalami penurunan ringan setelah melonjak 17% pada hari Kamis, kemungkinan karena aksi ambil untung.